Refleksi Rita dan Filosofi Teras

Tadi pagi kita sempat diskusi soal filosofi teras, tapi tidak bisa berlama-lama karena aku ingin mengejar kereta 8.10. Ada yang ingin aku ceritakan mengenai pemahamanku soal buku Filosofi Teras itu. Buatku, filosofi teras itu berbicara mengenai dua hal: "aku" dan "kendali".

Aku. Aku adalah individu yang unik. Pilihan-pilihanku untuk menjadikan aku bahagia itupun unik. Untuk bahagia, aku tidak perlu mencari referensi, membandingkan dengan orang lain, dan memaksakan untuk menerapkannya ke hidupku. 

Membandingkan hidupku dengan orang lain bukanlah ciri2 stoisme. Untuk mendapatkan kebahagiaan, stoisme tidak ingin dipengaruhi oleh hal-hal yang ada di luar dirinya.

Di poin ini, aku bisa melihat  bahwa pandangan orang terhadap kepemilikan, termasuk pekerjaan, karir, uang, barang berbeda-beda, namun semua ‘alat’ itu kita miliki untuk mendukung kebahagiaanku. Jadi stoisme memberikan kebebasan kepada orang untuk memilih value tertentu dengan tujuan yang sama, yaitu bahagia. 

Maka seorang karyawan baru yang menikmati gaji pertama dengan makan-makan bersama teman, memberikan seluruh uang ke orang tua, atau mengumpulkan seluruh pendapatannya untuk mendapatkan sebuah rumah itu sama-sama baik dan sama-sama menghantar pada level kebahagiaan stoisme yang sama. Pilihan-pilihan yang diambil "aku" semuanya baik asalkan — secara moral — tidak merugian orang lain.

Kedua adalah soal kendali. Kalau kita sudah punya ‘alat’ yang kita nilai sebagai pendukung kebahagiaanku, maka kita harus sadar bahwa tidak seluruhnya berada pada kontrol/kendali kita.

Kita harus tau apa-apa saja yang ada dalam kendali kita dan apa yang di luar kendali kita. Dengan mengetahui apa yang ada dalam kendali kita dan apa yang tidak, logika kita memberikan kreativitas untuk mengontrol apa yang bisa kita kendalikan dan memberikan ‘disclaimer’ kepada hati kita jika sesuatu terjadi di luar kontrol kita.

Aku menyebutnya disclaimer karena menyadari bahwa selalu saja ada sesuatu yang di luar kontrol kita. Menyadari hal itu akan membuat kita lebih ikhlas dan lebih siap pada kemungkinan terburuk.



Soal Rita

Aku tadi pagi memang kurang setuju kalau istilah ‘keep’ itu dipakai untuk mengartikan value yang Rita pakai sehingga akhirnya mengalami musibah semalam. Buatku, keep something itu menyenangkan untuk beberapa orang. Dan kayak poin ‘aku’ di atas, itu adalah value yang membuat orang sampai pada level kebahagiaan yang dia mau. Aku, — dulu — dengan salary yang tidak begitu besar tapi mimpi yang besar, happy untuk saving money lebih dan merelakan beberapa kesenangan-kesenangan untuk kesenangan yang lebih besar. Sekali lagi itu value yang tetap membawa kebahagiaan tersendiri.

Kesalahan dia tadi malam adalah melepaskan kontrol ke sesuatu yang ada di luar kendalinya. Ketika dia menginginkan tiket murah dan mendapatkan info soal promo, dia ternyata melepaskan haknya untuk curiga, bersikap hati-hati, bertanya, dan tentu mengambil waktu untuk berpikir dan memastikan itu semua masuk akal dan dalam kendali. Karena itu, dia melepaskan kendalinya atas uang Rp 3,5 juta untuk suatu penawaran tiket murah.

Kesalahan kedua adalah melepaskan kontrol berikutnya untuk mengambil waktu & memastikan kebenaran bahwa tiket promo memang membutuhkan deposit; baik deposit per tiket maupun deposit sekaligus; dan bahwa Rp 60 juta akan segera direfund, tanpa menyadari bahwa dia semakin tidak memiliki kendali atas uang-uang yang dia lepaskan.
 

Orang stoik tentu pernah ditipu, tetapi sesaat setelah dia sadar bahwa ia diitipu, dia melepaskan diri dari keinginan untuk mengambilnya kembali apa yang sudah hilang. Hal yang sudah hilang itu selalu ada di luar kontrol kita. Dengan menyadari itu, orang bisa mengambil kontrol kembali dan menghindari kerugian yang lebih besar. 

Peristiwa semalam adalah peristiwa berharga yang tidak layak untuk dimaknai dan diselesaikan dalam semalam.



Refleksi

Aku senang punya kontrol terhadap banyak hal: pekerjaan, uang, target masa depan, termasuk rumah baru kita. Ketika kita melakukan forcasting uang, kita sedang bermain-main pada apa yang ada dalam kontrol kita dan apa yang tidak. Ada deviasi yang mungkin di luar kontrol kita, seperti aku kehilangan pekerjaan di kantor, ada musibah, ada katastropik, dll tapi sejauh kita tau apa saja yang ada di dalam kendali kita dan apa saja yang di luar kendali kita, kita tetap berani untuk menghadapinya.

Aku simpati dengan yang dialami oleh adik kita. Tentu akan ada pelajaran berharga yang akan diingat sampai tua dari pengalaman semalam dan kita harus membiarkannya belajar atas kesalahan yang dibuat. 

Sebagai kakak, kita juga harus bantu dengan apa yang kita bisa & kita punya. Mari kita berbicara dengan adik-adik kita, support apa yang ia perlukan, sambil mereka melakukan recovery & berrefleksi.

Aku juga akan senang jika diajak berbicara mengenai apa-apa saja yang masih bisa kita kontrol atas apa yang kita miliki, saat ini dan di masa depan.

Komentar

Postingan Populer